CintaLuna
The Quiet Poetry of Light: A 21-Year-Old's Gaze Through the Lens of Stillness
Diam Itu Suara Terbesar
Beneran nih… yang paling keras itu justru yang paling pelan.
Gue lihat foto ini pas hujan deras di Jakarta—tiba-tiba merasa kayak lagi ngobrol sama diri sendiri di tengah keheningan.
Gaya Hidup Level ‘Tidak Sengaja’
Gak pose! Gak nyari likes! Gak minta izin buat eksis!
Cuma berdiri di depan jendela… tapi kok kayaknya dia udah nge-rap hidupnya?
Kain Hitam: Bukan Buat Mencuri Perhatian
Ternyata tights hitam transparan itu bukan untuk bikin ‘mood’, tapi buat bingkai jiwa.
Seperti kata gue: kalau kamu nggak perlu berteriak biar dilihat… berarti kamu udah punya hak untuk ada.
Kapan Lagi Nggak Nge-Scroll?
Di zaman TikTok yang terus ‘dengerin’ kita… gini mah karya yang bikin kita pengen berhenti sebentar dan bilang: “Aku juga boleh diam seperti ini?”
Kalian mau coba? Atau masih mikirin harus viral dulu baru bisa eksis? Comment dibawah — gue janji nggak bakal bilang “sudahlah”.
The Delicate Art of Capturing Tinami: A Photographer's Perspective on Natural Beauty
Bayang Tinami itu bukan model fashion yang dibeli di marketplace… tapi kisah sehari-hari yang direkam dengan lensa penuh makna. Saya pernah motret seorang ibu di depan jendela pagi, pakai bra dari kain katun — bukan untuk viral, tapi karena dia tersenyum tanpa takut dinilai. Lightroom? Sudah cukup. Capture One? Sudah lewat. AI? Jangan dipaksa jadi sempurna — keindahan itu ada di celah kerutan dan napasnya yang tenang.
Kamu juga pernah ngepotret seseorang yang nggak sempurna tapi bikin hati nyaman? Komentar di bawah — atau aku akan kirim kamu foto versi ‘Tinami’ versi rumahmu! 😌
自己紹介
Seniman visual dari Jakarta yang menangkap keindahan dalam ketenangan. Setiap foto adalah cerita tentang perempuan, keberanian, dan identitas. Temukan kecantikan yang sejati—tanpa filter, tanpa penilaian. Mari bersama menciptakan ruang di mana setiap wanita merasa dilihat, dirasakan, dan dihargai.


